MELESTARIKAN DAN MEMASYARAKATKAN KERONCONG

keroncong-kotagede

Keroncong merupakan jenis musik yang memiliki sejarah panjang di Indonesia. Akar keroncong berasal dari sejenis musik yang berasal dari Portugis, yakni Fado. Jenis musik ini diperkenalkan oleh para pelaut dan budak kapal niaga sejak abad ke – 16. Dalam perkembangannya, di dalam musik keroncong masuk sejumlah unsur tradisional Nusantara, seperti seruling dan gamelan. Pada abad ke – 19, jenis musik campuran ini telah populer hingga ke Semenanjung Malaya.

Masa kejayaannya berlanjut hingga tahun 1960-an hingga meredup tergantikan dengan musik barat. Di Yogyakarta sendiri, keroncong kini masih menjadi musik yang dimainkan dan dinikmati oleh berbagai lapisan. Terutama di Kotagede yang menjadi salah satu tempat yang nyaman bagi musik keroncong bertumbuh kembang. Di wilayah ini, banyak bermunculan Orkes Keroncong, mulai dari yang muda hingga tua.

Kembali diselenggarakan untuk ketiga kalinya, Pasar Keroncong Kotagede merupakan salah satu festival untuk melestarikan keroncong. Tahun ini, tersedia 3 panggung di seputaran Pasar Kotagede, antara lain Panggung Loring yang terletak di utara Pasar Kotagede, Panggung Sopingen yang berlokasi di depan Pendopo Sopingen, dan Panggung Kajengan yang berada di utara Masjid Perak. Ketiga panggung tersebut dapat dinikmati secara gratis oleh pengunjung. Dimulai pukul 19.00 WIB, Pasar Keroncong Kotagede menampilkan 12 Orkes Keroncong dari Kotagede maupun daerah lainnya. Selain itu, juga terdapat 4 bintang tamu yang berkolaborasi dengan Orkes Keroncong. Menariknya, Pasar Keroncong Kotagede kali ini menampilkan musisi dari Amerika Serikat, Hannah Standiford. Dalam persembahannya di panggung, Hannah Standiford diiringi oleh Orkes Keroncong Kharisma. Ia menyanyikan 7 lagu dalam irama langgam-keroncong, seperti Walang Kekek dan Kadhung Tresna yang dinyanyikan sambil memainkan alat musik Cak.

Istimewanya, Pasar Keroncong Kotagede tahun ini diikuti oleh kelompok keroncong muda. Seperti salah satunya, Orkes Keroncong Sang Dara yang terdiri dari 6 perempuan yang masih bersekolah di bangku SMM ( Sekolah Menengah Musik). Sesuai dengan tagline tahun ini, “ Gotong Keroncong Bebarengan,” diharapkan kaum muda dapat menyukai keroncong dan bersama-sama ikut melestarikan musik asli Nusantara. Semakin meningkatnya peminat muda melalui beragam Orkes Keroncong yang beranggotakan anak muda itu menunjukkan bahwa musik keroncong telah masuk ke wilayah anak muda. Selain itu, juga untuk melestarikan gotong royong sebagai living heritage yang merupakan salah satu upaya menuju masyarakat yang guyub.