TRAVEL BLOG SEBAGAI SARANA BERBAGI

“Menjadi travel blogger adalah tentang berbagi..”

iqbalIQBAL KAUTSAR. Berawal dari kesenangannya travelling, menulis, dan membaca buku, mengantarkan Iqbal Kautsar menjadi Travel Blogger. Selain kesibukannya sebagai Travel Blogger, ia juga seorang Asisten Penelitian dan Pelatihan di P2EB FEB UGM dan kontributor lepas di beberapa media online untuk segmen travelling. Pemilik blog diasporaiqbal.blogspot.co.id ini mengaku bahwa menulis merupakan sarana untuk berbagi.

Menurut anda, apa artinya menjadi Travel Blogger?

Travel blogger adalah perpaduan dari passion saya yang gemar travelling, menulis, dan membaca buku. Saya menuangkan perjalanan di blog yang didukung dengan pengetahuan-pengetahuan dari membaca buku. Menurut saya, menjadi travel blogger adalah tentang berbagi. Saya bisa berbagi informasi tentang suatu daerah yang memiliki keindahan alam, kearifan lokal, serta keramahan masyarakat, sehingga masyarakat lain bisa tahu dan tergerak untuk berkunjung. Melalui travel blogger ini, saya juga bisa menyelipkan pesan tentang travelling yang bertanggung jawab, yakni menjaga kelestarian lingkungan, memahami etika di suatu lokasi, dan menghargai kearifan lokal. Menurut saya, menjadi Travel blogger tak sekedar becerita tentang bagaimana bisa pergi ke suatu tempat dan mengumbar keindahan semata.

Apa yang menginspirasi anda untuk berpetualang?

Travelling sesungguhnya kebutuhan dasar manusia. Travelling berawal dari ajakan sahabat. Selain itu, karena saya suka membaca buku, saya mulai terinspirasi perjalanan dari kisah Ibnu Batutah, musafir muslim abad 14 yang melakukan perjalanan ke Afrika Utara, Timur Tengah, India, Nusantara, hingga Tiongkok. Selain itu, cerita petualangan Tom Sawyer dalam novel karya Mark Twain juga memberi inspirasi untuk travelling.

Apa 3 destinasi favorit anda?

Wae Rebo. Itu terletak di Kepulauan Flores, dulu ke sana sekitar tahun 2013. Di tahun itu belum banyak yang datang ke pulau tersebut. Dan di sana bertemu dengan penduduk lokal yang baik hati yang akhirnya bersahabat dengan beliau, sehingga ada semacam ikatan kekeluargaan dengan tempat tersebut. Dan bagi saya, pulau itu seperti negeri dongeng. Tempat kedua, Sangihe, terletak di kepulauan Sulawesi, perbatasan Indonesia-Filipina. Tempat ini berkesan bagi saya karena ada cerita lucu pada waktu di sana. Selain itu, saya memiliki akses yang lebih mudah untuk ke beberapa pulau terdepan Indonesia, seperti Pulau Nipah dan Pulau Bugide karena kenal dengan orang pemerintahan di sana, hehehe. Selanjutnya, tempat ketiga adalah Aceh. Saya sangat menyukai kulinernya, selain itu saya mengunjungi area-area yang terkena Tsunami. Tempat-tempat tersebut sangat membuat saya merinding. Ditambah lagi, Aceh memiliki budaya minum kopi yang menyenangkan. Jadi banyak warung kopi yang meleburkan semua kalangan.

Bagaimana menurut anda mengenai tren travelling saat ini?

Bagi saya, ketika travelling dan mengunggah di media sosial sebaiknya sekaligus memberi tahu bahwa travelling itu sebenarnya sekedar berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Jadi, jika kita mengotori, merusak alam, merusak kearifan lokal tentu tidak bijak. Saran saya jangan sampai membuat masalah dari segi alam, budaya, masyarakat di tempat yang kita tuju.

Apa tips bagi yang ingin menjadi travel blogger?

Travelling dan menulislah! Jadilah Travel Blogger yang bertanggung jawab, bermartabat, dan jangan jadi masalah di tempat yang kita kunjungi.