RAJATA, Segudang Kisah Perak di Tanah Yogyakarta

Ketika kita menyebutkan kata “Perak”, apakah yang ada dibenak anda? Sebuah medali, perhiasan, warna, atau yang lainnya. Perak menjadi salah satu kerajinan khas kota Yogyakarta yang bisa menghasilkan sebuah cenderamata atau perhiasan. Di bulan ini, Museum Sonobudoyo Yogyakarta mengadakan sebuah pameran koleksi perak bernama “RAJATA : Perak dan Kisah di Antaranya”. Pameran ini mengungkapkan sejarah Perak khususnya di kota Yogyakarta.

Rajata berarti sebutan ‘perak’ dalam bahasa Sanskerta. Perak amat lekat dengan Yogyakarta seiring dengan pertumbukan Kotagede sebagai sentra kerajinan perak yang diperkirakan sudah muncul sejak periode Kerajaan Mataram Islam (16 Masehi). Aktivitas pengolahan logam seperti perak dan emas sudah lama berkembang di Daerah Kotagede. Setelah perpindahan ibukota kerajaan, para pengrajin perak tetap memilih untuk tinggal di Kotagede. Namun bekas ibukota tersebut perlahan berubah menjadi kawasan kerajinan penghasil perak. Sehingga Kotagede memberikan perubahan besar dalam aspek ekonomi, social, dan budaya terhadap tatanan hidup masyarakat. Pada masa perpecahan Kerajaan Mataram Islam menjadi dua Kraton besar di Yogyakarta dan Surakarta akibat situasi politik saat itu, membuat Kotagede melayani permintaan dari empat kraton yang berdiri di Jawa. Kemudian kerajinan perak perlahan menjadi industri.

Cerita Perak dan pernik kisah lainnya hadir dalam pameran RAJATA: Perak dan Kisah di Antaranya di Museum Sonobudoyo di tanggal 4-24 Agustus 2020 di Gedung Pameran Temporer. Saat memasuki pameran terlihat kilauan perak dengan bermacam bentuk. Mulai dari Tea Set, piring buah, miniature transportasi tradisional, dan lainnya. Selain sejarah tumbuhnya kerajinan perak di Yogyakarta, ada pula kisah Kunnstambachtsschool yang merupakan sekolah seni kerajinan, juga segudang kisah perak lainnya.