Meri Sahrina Daema, Melihat Indahnya Dunia dari Puncak Gunung.

Wanita dengan nama lengkap Meri Sahrina Daema atau sering disapa Mei dikenal sebagai pendaki gunung wanita yang sudah mendatangi lebih dari 20 negara di Asia. Selain itu ia pernah mendaki hampir seluruh gunung di Indonesia. Selain pendaki gunung, ia juga merupakan seorang traveller, volunteer di bidang pendidikan, sekaligus penulis dalam beberapa project.

Sejak kapan mulai traveling dan mendaki gunung?

Sebelum 2015 saya suka traveling berkelompok, setelah 2016 lebih banyak sendiri. Dari SMA sebetulnya sudah suka naik gunung. Dulu kebetulan waktu SD kakek punya kebun yang berbukit, saya senang ikut kakek bertugas ke sana. Kemudian SMP senang dengan kegiatan outdoor, SMA juga mengikuti kegiatan Siswa Pecinta Alam (SISPALA). Waktu kuliah, gunung pertama yang pernah saya daki yaitu Gunung Gede pada tahun 2005. Kemudian saya melanjutkan untuk mendaki ke seven summits Indonesia.

Ketika traveling dan mendaki gunung di luar negeri, apa kesulitan yang dihadapi?

Untuk di luar negeri, karena saya masih di sebatas Asia, kondisinya masih banyak yang sama dengan Indonesia. Kalau Bahasa tidak begitu menjadi persoalan. Mungkin kesulitan di negara orang terutama pada makanan, karena makanannya tidak semua cocok dengan saya.

Pernah punya pengalaman menarik saat mendaki gunung?

Gunung dengan pengalaman paling unik yang pernah saya daki yaitu di Gunung Tambora. Pengalaman bersama 10 orang yang sudah senior juga. Disana selama 4-5 hari lintas jalur, karena gunung Tambora termasuk hutan yang terbuka cenderung lebih panas. Selain itu Tambora juga masih termasuk gunung aktif jadi tantangannya sewaktu-waktu bisa Meletus. Kawahnya masih bergejolak, setiap kita melewati kawah, tanahnya bergetar. Tetapi gunung dengan view terindah yaitu di gunung Tambora juga, saya dapat menikmati sunrise dengan awan sejauh mata memandang menurut saya itu cantik sekali.

Selain itu saya juga pernah mendaki gunung ke Himalaya sendirian. Pada waktu H-1 sampai puncak saljunya mulai turun, badan saya sudah menggigil penuh salju lalu tangan dan kaki sudah tidak terasa. Di hari itu rasanya saya sudah hopeless, mungkin saya akan berakhir di hari itu. Tetapi entah ada dorongan apa yang memotivasi saya hingga akhirnya sampai ke puncak.

Ketika sendirian mendaki gunung di luar negeri, apa saja yang dipersiapkan?

Yang saya lakukan sebelum bepergian terutama di luar negeri, saya selalu memberitahukan ke beberapa teman dekat kalau saya mau pergi ke suatu tempat. Kemudian saya juga memberi kontak dengan orang yang bareng dengan saya. Selain itu juga ada asuransi penting jika terjadi sesuatu. Atau kalau mau pergi ke suatu negara, kita bisa laporkan ke kementerian luar negeri melalui aplikasi kalau memang ada WNI yang akan pergi ke luar negeri. Kita juga catat kontak kedutaan Indonesia di negara tersebut, juga sedia passport dan visa. Tetapi yang paling utama adalah mental juga barang-barang pribadi yang ingin dibawa.