KEDIAMAN SULTAN HAMENGKU BUWONO VII SETELAH TURUN TAHTA

ambarukmoPesanggrahan Ambarrukmo merupakan salah satu pesanggrahan yang dibangun oleh Sultan Yogyakarta. Terdapat sebelas pesanggrahan yang dibangun oleh para Sultan Yogyakarta, antara lain Pesanggrahan Ambarketawang, Sanapakis, Ambarbinangun, Rejowinangun, Purwareja, Wanacatur, Cendanasari, Ngarjakusuma, Pangwetreja, Kaliurang, dan Ambarrukmo. Pesanggrahan memiliki fungsi sebagai tempat beristirahat jika Sultan mengadakan kunjungan ke luar istana atau sebagai tempat penyambutan tamu dan tempat perundingan.

ambarukmo-2Pesanggrahan Ambarrukmo salah satu pesanggrahan yang memiliki sejarah unik karena memiliki perubahan fungsi dan menjadi saksi bisu bagi berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Nama Ambarrukmo terdiri dari dua kata yakni “Ambar” yang memilki arti wangi atau harum dapat juga perhiasan, dan “Rukmo” berarti emas atau kemewahan. Dulunya, wilayah Ambarrukmo dikenal dengan nama “Jenu”. Saat pemerintahan Sultan Hamengku Buwono II (1792 – 1812), wilayah ini dikenal sebagai “Kebun Kerajaan” yang difungsikan sebagai tempat istirahat, penyambutan tamu istana, dan tempat perundingan-perundingan pihak asing. Salah satunya perundingan antara Sultan Hamengku Buwono II dengan Gubernur Jenderal Willem Dandels yang mengadakan kunjungan ke Yogyakarta pada 29 Juli – 2 Agustus 1809.

ambarukmo-4Dengan luas 1 hektar, perluasan dan pembangunan pesanggrahan dilakukan pada masa Sultan Hamengku Buwono VII. Selain sebagai upaya untuk merawat dan memperindah bangunan, perluasan Pesanggrahan Ambarrukmo dipakai sebagai tempat untuk menghabiskan hari tua. Pesanggrahan mulai dilengkapi dengan bangunan lain seperti, Ndalem, Gandhok, Bale Kambang, Pacaosan, Doorloop, dan Alun-Alun. Penambahan ini membentuk Pesanggrahan layaknya Keraton, sehingga sejak itu dinamakan “Kedaton”. Hingga kini bangunan Pesanggrahan Ambarrukmo masih tegak berdiri dan menjadi salah satu bangunan cagar budaya di Yogyakarta. Terdiri dari pendopo, untuk tempat bertemunya Raja dengan para tamu istana dan rakyatnya. Gandhok Tengen sebagai rumah para Putri Raja dan Abdi Dalem perempuan, Gandhok Kiwo dulunya merupakan rumah penjaga. Ndalem Ageng yang terletak di area tengah antara Gandhok Tengen dan Gandhok Kiwi dulunya sebagai wilayah utama untuk beristirahat, terdiri dari 4 kamar untuk Raja dan keluarga. Di bagian belakang Ndalem terdapat Gadri atau tempat untuk makan keluarga dan sebagai area untuk menonton wayang keluarga Raja.

ambarukmo-3Selain itu, terdapat Kebun Kerajaan, yang terdiri dari beberapa jenis pohon yang hingga saat ini masih berbuah dan kokoh berdiri, seperti salah satunya Pohon Tremos. Buah ini merupakan buah kesukaan Gusti Ratu Kencono, istri Sultan Hamengku Buwono VII. Rasanya manis dan wangi serta memiliki khasiat untuk menghilangkan bau badan, hingga saat ini buah Tremos masih berbuah. Di bagian belakang juga terdapat Bale Kambang, tempat ini dulunya sering dipakai oleh Sultan Hamengku Buwono VII sebagai area untuk meditasi. Berbentuk segi delapan yang memiliki filosofi energi tidak terputus dan dikelilingi kolam, bangunan Bale Kambang ini seperti mengambang di atas air. Dulu, kolam ini dipakai mandi oleh para selir dan putri Raja. Di bagian paling depan Pendopo, terdapat Alun-Alun sebagai tempat untuk rakyat berkegiatan. Saat ini, Alun-Alun ini menjadi area umum yang menjadi bagian dari halaman Hotel Royal Ambarrukmo dan setiap hari Jumat terdapat kegiatan Jemparingan atau tradisi panah Jawa Mataram yang dilakukan sembari duduk bersila dan menggunakan pakaian adat Jawa. Kini, Pesanggrahan Ambarrukmo menjadi salah satu heritage site yang dapat dikunjungi oleh masyarakat tanpa dipungut biaya. Beberapa bagian telah beralih fungsi, seperti bagian dalam Ndalem Ageng yang dulu dipakai sebagai area kamar keluarga dan Raja, saat ini menjadi museum yang terdiri dari Museum Batik Kraton, Museum Wayang Kulit, dan Museum Keris.