BERTEMU SOSOK DI BALIK MOGUS

mulyana mogus

MULYANA MOGUS
“Mau, Usaha, Fokus..”

Para pecinta seni rupa mungkin tak asing dengan karya pria satu ini. Karya ciptanya sering tampil pada beberapa ajang kesenian nasional seperti Art Jog, Bienalle hingga pameran seni di luar negeri. Ikon ciptaannya merupakan sosok gurita yang tak pernah dibayangkan
sebelumnya, yakni tampak lucu dan warna-warni. Sang kreator itu adalah Mulyana Mogus, seorang seniman lulusan UPI Bandung yang berhasil menepiskan citra gurita yang jahat menjadi warna-warni hasil dari sulaman tangan dinginnya.

Apa yang membuat anda tertarik pada kegiatan seni merajut?
Sebenarnya tak hanya menyulam. Sejak kecil saya memang tertarik dengan dunia seni. Awalnya saya pernah ikut lomba Tazos dan beruntungnya menjadi juara saat itu. Menurut saya merangkai permainan ini memang sungguh menyenangkan. Saat saya beranjak dewasa,
saya sadar ternyata saya menyukai sesuatu yang modular. Pada saat itu saya masih di bangku kuliah dan kerja di Tobucil (Toko Buku Kecil), Bandung dan disana ada perkumpulan kecil yang membuat kerajinan. Akhirnya, disitulah saya tertarik dengan rajut-merajut.

Kenapa memilih ikon Mogus si gurita?
Waktu itu saya sedang mengerjakan TA (Tugas Akhir) dan memutuskan untuk membuat sesuatu yang berbeda. Akhirnya saya belajar Amigurumi, Ami artinya merajut dan Gurumi artinya boneka dalam bahasa Jepang. Setelah itu saya membuat badan boneka yang
berbentuk lonjong. Seorang teman saya di Tobucil menamakannya Mogus (Monster Gurita Siga Rantang) atau monster gurita yang mirip rantang makanan karena bentuknya lonjong. Selain itu, ini juga merupakan simbol rasa takjub saya terhadap alam bawah laut.

Anda tidak lahir di Yogyakarta dan kuliah juga di Bandung, mengapa memutuskan untuk pindah ke Yogyakarta?

Pada saat SMA di pesantren memang saya bercita-cita ingin melanjutkan kuliah di Yogyakarta. Namun, saya disarankan paman untuk kuliah di Bandung saja. Ternyata saya tidak diterima di universitas yang diinginkan. Setelah lulus saya menggelar pameran tunggal dari situ saya diajak ke sebuah tempat bernama Kedai Kebun. Menurut saya di sana banyak seniman yang sering berkunjung. Saya jadi kenal dengan beberapa seniman.

Apakah anda pernah mengalami kejenuhan setelah terjun di dunia seni?
Wah, jangan ditanya, tentu saja kadang saya jenuh dan lelah. Tapi menurut saya jika kita ingin berhasil dalam suatu bidang yang kita lakukan adalah mau, berusaha, dan fokus. Itu kuncinya karena untuk tetap bertahan itu sulit kalau kita mudah menyerah. Kadang bosan dan
jenuh sering mengganggu dan menghantui. Saya merasa disitu kadang kita diuji.

Menjelang tahun 2018 ini, apa rencana anda pada untuk tahun mendatang?
Ada beberapa project yang rasanya masih berupa kejutan dan belum bisa saya sebutkan satu-persatu. Namun, seperti seniman yang lain, saya ingin sekali mengadakan pameran tunggal dan memiliki galeri sendiri agar para
Mogus memiliki tempat dan supaya dapat dikenang.