Perjuangan Membela Tanah Air oleh Kader Wanita Indonesia

“Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu. Tapi satu-satunya hal yang benar-benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri”. Begitulah kata-kata R.A. Kartini, seorang pahlawan Indonesia dan sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Selain R.A. Kartini , ada pula pahlawan perempuan Indonesia, seperti Nyi Ageng Serang, Dewi Sartika, Maria Walanda Maramis, Cut Nyak Dien, Cut Meutia, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh yang menginspirasi pergerakan perempuan di Indonesia.  Perjuangan dan pemikiran pahlawan perempuan Indonesia memunculkan adanya Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) yang didirikan pada tahun 1928.

Yogyakarta menjadi saksi sejarah bagaimana wanita Indonesia bergerak dan melangkah bersama berjuang demi negara. Gedung Monumen Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia atau yang lebih dikenal sebagai Gedung Mandala Bhakti Wanitatama merupakan monumen yang berwujud gedung. Monumen didirikan pada tanggal 22 Desember 1953 hingga pada tanggal 22 Desember 1983.

Dahulu gedung ini digunakan sebagai tempat pemberdayaan wanita yaitu kursus untuk Kader-kader Wanita. Saat ini didalam gedung terdapat museum yang menyimpan banyak peralatan kursus seperti alat masak, mesin jahit dan lain sebagainya karena itu digunakan untuk kursus para kader wanita. Selain benda-benda kolesi, ada juga foto dan diorama sebagai bukti pergerakan wanita. Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) yang beranggotakan 30 organisasi wanita yang mewakili 12 kota di Jawa dan Sumatra. Pada saat itu wanita juga ingin berkontribusi dalam membela tanah air, oleh karena itu KOWANI bertujuan untuk menyuarakan dan memperjuangkan hak-hak perempuan terutama dalam bidang Pendidikan dan pernikahan. Melalui museum ini, masyarakat juga dapat mengetahui kontribusi perempuan melawan penjajah. Seperti pada masa penjajahan Belanda, pahlawan perempuan seperti Cut Nyak Dien, Nyi Ageng Serang yang berperan sebagai penasehat militer perang Diponegoro, Cut Meutia yang berjuang melakukan perlawanan terhadap penjajah, dan Christina Martha Tiahahu wanita asal maluku yang melawan tantara kolonial Belanda dalam perang Pattimura. Selain itu terdapat juga pejuang perempuan lainnya seperti tokoh Kongres Perempuan I yakni Ibu Soekonto, Ibu Soejatin Kartowijono, pendiri Laskar Putri Indonesia, Ibu Srini, dan penggagas pendirian Monumen Pergerakan Wanita, Ibu Sri Mangunsarkoro.