Peringatan Tinggalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Bawono X

Pada Bulan Maret di tahun ini, Yogyakarta meperingati hari penobatan atau kenaikan takhta Sultan yang ke 32 dengan sebutan Tinggalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Bawono X. Peringatan ini disertai dengan serangkaian upacara adat untuk memeringati kenaikan takhta Sri Sultan Hamengku Bawono X yang genap bertakhta selama 31 tahun jika dihitung mengikuti tahun Masehi. Namun, menurut hitungan kalender jawa, Ngarsa Dalem telah genap bertakhta selama 32 tahun pada Hari Selasa Wage, 29 Rejeb, Tahun Wawu 1953 atau tanggal 24 Maret 2020.

Perhelatan Tinggalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Bawono merupakan salah satu acara adat yang sangat kental akan budaya jawa. Acara yang digelar setiap tahun memiliki rangkaian acara adat seperti Ngebluk, Ngapem, Sugengan dan Labuhan. Pada tahun ini digelar pula gelaran Pameran Budaya, Simposium Internasional serta Pertunjukan Seni. Ngebluk merupakan acara adat yang dilakukan pada hari pertama perayaan yang tepat dilakukan pada tanggal 27 Rejeb. kegiatan ini dilakukan guna memersiapkan bahan dan adonan untuk membuat apem, yang dilakukan di Bangsal Sekar Kedaton. Prosesi ini hanya dilakukan oleh para wanita yang dipimpin Permaisuri dan Putri tertua Raja. Selain pembuatan adonan apem, disaat yang bersamaan beberapa Abdi Dalem Keparak juga bertugas untuk mengeluarkan layon sekar, yaitu bunga sesaji yang layu atau mengering, Layon sekar merupakan salah satu syarat kelengkapan yang akan dilabuh.

Dilanjutkan dengan Ngapem yang dilakukan pada hari kedua. Ngapem berarti kegiatan memasak apem menggunakan bahan dasar adonan yang telah disiapkan pada prosesi Ngebluk. Selain itu, kue apem yang dimasak jumlahnya disesuaikan dengan tinggi badan Raja. Ngapem juga memiliki filosofi sebagai ajang refleksi untuk meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat. Acara selanjutnya adalah Sugengan, yang merupakan puncak dari perayaan Tinggalan Jumenengan Dalem. Sugengan merupakan slametan untuk mendoakan Raja dan berdoa bersama. Prosesi terakhir pada 30 Rejeb adalah upacara Labuhan yang dilakukan dengan mengarak seluruh ubarampe yang telah disiapkan kemudian diberangkatkan menuju Pantai Parangkusumo, Gunung Merapi, Gunung Lawu dan Dlepi Khayangan. Labuhan memiliki maksud sebagai penyampaian doa dan pengharapan untuk membuang segala sifat buruk.