PERAYAAN WAISAK DI CANDI BOROBUDUR

Memandang dari Sudut lain Indonesia merupakan negara multikultural. Berbagai ras, suku dan agama menjadi satu padu dalam keindahan. Perbedaan tersebut yang menambah keunikan dan nilai tersendiri bagi negara ini. Perbedaan ini juga membuat berbagai perayaan agama maupun perayaan kebudayaan begitu beragam dan menarik untuk diikuti.

 

Salah satu perayaan yang dinanti oleh masyarakat Indonesia terutama Jawa tengah adalah Waisak. Perayaan yang pada umumya dirayakan oleh umat Buddha ini juga dinanti para wisatawan lokal bahkan dunia. Perayaan Waisak di Candi Borobudur sudah dilakukan sejak tahun 1956. Perayaan ini dilakukan di Candi Borobudur berawal dari keinginan umat Buddha agar dapat merayakan secara seremonial. Tak hanya itu, Candi Borobudur juga sebagai simbol sejarah era Agama Buddha di Indonesia. Berbagai bentuk pada bangunan juga menceritakan perjalanan Buddha. Hal ini yang membuat perayaan besar umat Buddha ini pantas dilakukan di Candi Borobudur.

Waisak sendiri memiliki dua makna yaitu secara lahir dan batin dimana umat Buddha mengingat kembali sejarah dan perjalanan Buddha Gautama mengajarkan kasih. Perayaan pada waisak memiliki beberapa tahapan, tahapan ini memiliki makna masing-masing. Tahapan seperti mengambil api, Pindapatta, mengambil air untuk dibawa ke candi Mendut lalu menuju Candi Borobudur dengan saling beriringan. Ada pula sembayang bagi umat Buddha, acara terakhir ditutup dengan menerbangkan lampion beramai-ramai.

Tahapan ini sebagai simbol untuk memudahkan manusia memahami dan memaknai kasih dan isi dunia. Simbol air misalnya, dimana air memiliki makna murni dan suci. Api adalah simbol dari penerangan melalui nilai dharma. Pindapatta merupakan tradisi dimana kitadiberi kesempatan untuk berbuat baik dengan memberi sumbangsih atau biasa disebut berdana. Berjalan beriringan membawa api dan air juga merupakan simbol perjalanan yang ditempuh untuk sebuah pencapaian. Menerbangkan lampion memiliki makna terang dimana manusia dapat menerangi dengan dharma atau kebaikan.

Saat ini perayaan atau upacara Waisak di Candi Borobudur bukan hanya menjadi sebuah seremonial untuk umat Buddha. Upacara Waisak di Candi Borobudur juga diperbolehkan untuk masyarakat umum. Hal ini dilakukan agar masyarakat umum atau umat beragama lain dapat menikmati keindahan prosesi Waisak. Tak hanya itu, upacara ini juga menjadi daya tarik wisatawan luar maupun dalam negri. Proses upacra Waisak juga bisa diilhami menjadi sebuah akulturasi budaya yang kaya dimana banyak simbol diambil dari kebiasaan masyarakat di Jawa tengah terutama saat masih berbentuk kerajaan. Namun, hal-hal tersebut tentu saja tidak mengurangi nilai yang ada pada upacara tersebut, dimana semua manusia harus mengajarkan kasih pada sesama. Nilai kasih tersebutlah yang diambil untuk mencintai keberagaman pada perayaan Waisak.