PEKAN BUDAYA TIONGHOA YOGYAKARTA

 

imlekHADIR UNTUK MENINGKATKAN BUDAYA KEBERSAMAAN. Kemeriahan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) XI tahun 2016 begitu terasa di Kampoeng Ketandan Yogyakarta. Acara ini sekaligus menjadi perayaan tahun baru Imlek 2567 dengan mascot monyet api yang digelar dalam sepekan. Ratusan orang dari berbagai kalangan datang silih berganti menikmati serangkaian acara, sekaligus meneguhkan tema yang diangkat yakni ‘Meningkatkan Budaya Kebersamaan’.

imlek2Dalam pembukaannya Gubernur DIY, Sri Sultan HB X mengatakan PBTY makin mendapat kepercayaan warga sebagai apresiasi budaya Tionghoa. Hal ini menurutnya positif karena budaya Tionghoa menjadi budaya subkultur dan kemudian melebur dengan masyarakat Indonesia. Karena makin diminati, penyelenggara pun diminta memperpanjang waktu pelaksanaan. “Memperpanjang hari bukan tidak mungkin, agar tiap daerah bisa tampil maksimal. Inilah isi dari subkultur yang ada di Yogyakarta, potensi tiap daerah ini harus dijaga kelestariannya,” kata Sultan. Akulturasi dan asimilasi berbagai budaya termasuk Tionghoa pun sudah lama berjalan secara alamiah di Yogyakarta.

imlek5Ketua Umum PBTY, Tri Kirana Muslidatun menegaskan bahwa PBTY bukan perayaan agama tapi perayaan budaya oleh warga yang tergabung dalam Jogja Chinese Art and Culture Center (JCACC). Saat ini di Yogyakarta ada 136 mahasiswa dan sejumlah guru asal Tiongkok yang belajar dan mengembangkan bahasa Mandarin di Yogyakarta. PBTY pun bisa menjadi ajang akulturasi budaya yang menarik. Pesertanya pun bukan hanya dari DIY tapi juga dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.

imlek6Pengunjung dimanjakan dengan hiburan seperti pentas musik, tari atraksi naga dan barongsai serta aneka lomba khas perayaan Imlek. Wayang Poo Tay Hie dari kelompok Fu He Lan yang didatangkan langsung dari Klenteng Hong San Kiong yang tertua Gudo Jawa Timur pun menjadi perhatian khusus. Wayang seukuran tangan orang dewasa ini dibalut busana warna-warni khas Tiongkok. Cerita makin menarik saat aksi wayang ini diiringi instrument terompet, tambur, siolo, twalo, yang jin, erhu dan sebagainya.