Museum Lokananta, di Balik Kisah Perekam Musik Indonesia

Musik dianggap sebagai bahasa universal yang dapat digunakan oleh manusia. Mendengarkan, membuat, atau menyalurkan musik mampu memiliki arti yang berbeda-beda bagi setiap orang. Proses bermusik tidaklah mudah, perlu melalui proses yang panjang untuk dapat menciptakan musik yang bagus untuk dinikmati dan didengarkan. Lokananta menjadi salah satu tempat bersejarah dalam perkembangan musik di Indonesia.

Museum Lokananta resmi berdiri dengan nama lengkap Pabrik Piringan Hitam Lokananta Jawatan Radio Kementerian Penerangan Republik Indonesia di Surakarta, pada tanggal 29 Oktober 1956. Lokananta awalnya memiliki tugas untuk memproduksi dan mendistribusikan materi siaran untuk Radio Republik Indonesia (RRI) dalam bentuk piringan hitam untuk kemudian disebarluaskan ke RRI diseluruh Indonesia. Mulanya, pabrik piringan hitam ini didirikan dengan harapan agar lagu barat tidak mampu mendominasi siaran RRI.

Perjalanan museum Lokananta kemudian berkembang menjadi label rekaman dengan spesialis lagu-lagu daerah, pertunjukan kesenian, penerbitan buku dan juga majalah. Penyanyi-penyanyi terkenal seperti Gesang, Sam Saimun, Waldjinah, Buby Chen dan Jack Lesmana pernah menjadi bagian dari institusi yang berubah menjadi “Perusahaan Negara Lokananta”.

Lokananta tidak hanya menyimpan koleksi lagu-lagu daerah, namun juga menyimpan rekaman penting sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Pada tahun 70-an hingga akhir tahun 80-an, Lokananta mencapai kejayaannya dengan beralih format dari medium piringan hitam menjadi kaset pada tahun 1972. Studio yang dimiliki oleh museum ini merupakan studio terbesar di Indonesia hingga saat ini.

Perjalanan Lokananta yang telah melewati banyak situasi, akhirnya membuat museum ini menjadi wadah untuk menampung energi seni dari generasi ke generasi. Mulai Glenn Fredly, White Shoes and The Couple Company, Shaggydog, Pandai Besi, The Hydrant, dan Senyawa menjadi representasi dari generasi musik-musik di Indonesia yang sudah mewarnai Lokananta.

Selain fasilitas studio yang memadai untuk menghasilkan musik, museum Lokananta juga menyuguhkan bentuk bangunan yang didukung arsitektur era kolonial sehingga menjadi pelengkap bagi pengunjung yang ingin melihat perjalanan Lokananta dari tahun ke tahun dilengkapi dengan bentuk bangunannya. Lokananta akan terus berkembang mengikuti jaman, tidak akan pernah redup dan akan menyambut karya-karya lain dari generasi ke generasi.