Kinanti Sekar Rahina MENARI DARI HATI

Kinanti Sekar Rahina, sosok wajah anggunnya tentu saja tak asing bagi para pecinta seni. Perempuan anggun ini lahir dan berkembang dari keluarga seni seperti Jemek Supardi, seorang seniman teater dan Threeda Maiyaranti. Darah seni yang mengalir pada kedua orang
tuanya ternyata menularkan sisi positif dalam kehidupan berkeseniannya. Kecintaannya pada seni tari bermula saat ia diajak menari dan lomba 17 Agustus. Tak lama setelahnya, pada saat ia sekolah dasar, Sekar melihat tayangan balerina di televisi. Mulai dari situ ia belajar dasar – dasar
tari balet bersama guru tari pertamanya. Menurutnya, menari balet dapat mengekspresikan isi hatinya sebagai anak tunggal.
Ketika ia beranjak dewasa, perempuan kelahiran 26 Juli 1989 ini sempat berhenti menari. Namun, rasa rindunya kembali membuatnya sadar bahwa menari merupakan bagian dari hidupnya. Hal tersebut membuatnya mantap bersekolah di Sekolah Menengah Karawitan dengan konsentrasi Tari.
Setelah lulus sekolah menengah, perempuan ayu ini melanjutkan pendidikannya di Institut Seni Indonesia di Yogyakarta jurusan Tari. Selama kurun waktu tersebut juga, ia mulai mengikuti kegiatan pentas-pentas besar. Tak hanya menari, Sekar juga pernah mengikuti teater dan membintangi beberapa judul film seperti Keramat serta Sayekti dan Hanafi.

Meskipun banyak jenis kesenian telah ia geluti sedari kecil, Sekar beranggapan bahwa menari merupakan hal yang utama. Menari merupakan panggilan hatinya, melalui menari dapat membuat ia berbahasa tanpa harus mengeluarkan kata-kata. Kecintaanya
terhadap seni membuatnya ingin menularkan energi positif kepada generasi muda yang mencintai seni sepertinya. Bentuk dedikasinya kepada seni tari ditunjukkan dengan cara menampilkan tarian-tarian Indonesia ke pentas
dunia. Menurutnya Indonesia memiliki banyak tarian yang unik dan patut dibanggakan. Lewat sanggar seni Kinanti Sekar, ia mencoba melestarikan seni tari Indonesia. Dengan begini, ia dapat menjembatani teman-teman yang memiliki kesenangan di dunia tari. Ibu
satu anak ini, mendirikan sanggar tersebut sejak 2015 lalu di Kelas Pagi Yogyakarta.
Dengan mendirikan sanggar seni Sekar juga berharap bisa mengubah stereotip masyarakat Indonesia yang menganggap bahwa menari hanya untuk perempuan. Tarian baginya adalah bentuk ekspresi jiwa seseorang, lelaki dan perempuan sama saja, lagipula banyak
sekali tarian yang dibuat untuk lelaki. Dalam hidupnya ia selalu berpedoman “Semakin banyak anak-anak menikmati masa kecilnya dengan kesenian dan kebebasan bergerak, menari, menyanyi maka semakin senang mereka dengan keluhuran budaya bangsanya
sehingga mereka bisa lebih menghargai hidup dan berkehidupan di tanah airnya. Sekar juga berharap pada Awal tahun depan, ia dapat menambah sanggar dan membuat pentas tunggal untuk tariannya.

 

 

 

kinanti sekar rahina