Wayang Jogja Night Carnival

Bulan Oktober menjadi saat yang sangat berarti bagi Kota Yogyakarta, karena disetiap tanggal 21 Oktober Kota yang penuh budaya ini berulang tahun. Tentu Yogyakarta punya cara yang istimewa untuk merayakannya. Setiap tahun, Yogyakarta mengadakan sebuah karnaval tahunan yang menggabungkan tokoh dan lakon pewayangan dengan seni koreografi, busana, serta musik kontemporer yang berlokasi di pusat kota Yogyakarta, yaitu Wayang Jogja Night Carnival. Di tahun 2020, Wayang Jogja Night Carnival memiliki konsep yang berbeda dari tahun sebelumnya.

Wayang Jogja Night Carnival hingga saat ini sudah berjalan selama 5 tahun. Acara ini merupakan rangkaian dari HUT Kota Yogyakarta. Acara ini selalu sukses menjadi agenda tahunan yang di tunggu oleh masyarakat maupun wisatawan di jogja. Namun WJNC #5 tahun 2020 tetap berkomitmen untuk tetap terlaksana meski menghindari adanya kerumunan dengan penayangan virtual WJNC dan tetap menerapkan protokol kesehatan. Penayangan virtual disiarkan melalui live streaming youtube pada channel Pemkot Jogja, Dalang Seno, Ki Seno Nugroho, Labs Channel, dan Musisi Jogja Project. Melalui live streaming masyarakat tetap dapat menikmati gelaran WJNC dari rumah tanpa melanggar protokol kesehatan. Sesuai dengan semangat HUT Kota Yogyakarta kali ini “Tan Mingkuh Tumpak ing Jaman Anyar”. Penayangan virtual ini diharapkan tidak mengurangi nilai dan esensi pertunjukan dan menjadi salah satu pengaplikasian semangat dalam berkarya dan berkreasi.

Terdapat empat lokasi pengambilan gambar lainnya yang ditayangkan dalam live streaming yaitu Pojok Benteng Gondomanan, Plaza Pasar Ngasem, Tugu Pal Putih, dan Pedestrian Suroto. Banyak pertunjukan yang ditampilkan dari lokasi tersebut, seperti pertunjukan Mini Orkestra, musik Akustik, dan tari -tarian. Pementasan WJNC kali ini menampilkan Lakon Babad Alas Mertani. Lakon ini dipilih karena sangat relevan dengan keadaan saat ini. Berkisah tentang Pandawa yang diharapkan dengan tempat, kondisi, dan keadaan baru yakni Alas Mertani. Dengan banyaknya gangguan dan rintangan, perjuangan dan kekompakan Pandawa melawan gangguan musuh bisa menjadi teladan bagi kita. Acara ini juga menggandeng beberapa seniman lokal seperti Ki Seno Nugroho, Tri Suaka, Dimas Tejo, Srundeng Angkringan, Sothil Angkringan, Trinil Angkringan, Michela Thea, Putri Manjo, Avie Koesnadi, dan masih banyak lagi.