BERCERITA LEWAT FILM & LENSA : ERSYA RUSWANDONO

Film merupakan media yang sangat dekat dengan generasi muda. Seringkali film dijadikan nedia untuk menyampaikan pendapat dan kegelisahan yang sedang terjadi pada lingkungan sosial. Perempuan yang sedang mengambil program master Antropologi, Ersya Ruswandono akan berbagi pengalamannya dibidang film.


Sejak kapan anda tertarik pada bidang film?
Saya tertarik dengan film sejak SMA, awal mulanya dari fotografi terlebih dahulu. Saat sekolah dasar, saya sering meminjam kamera analog ayah saya untuk iseng-iseng memotret dan juga handycam untuk membuat homevideo. Saya senang merekam kegiatan yang ada disekitar, terkadang saya merekam diri saya sendiri. Semacam vlog tetapi tak diedit menjadi satu karena masih menggunakan kaset. Pada saat SMP, ayah memberikan kamera DSLR pertama, akhirnya saya semakin mengeksplor bagaimana fotografi, kalau dulu pakai analog harus hati-hati dan perhitungan saat ingin mengambil foto. Masuk ke SMA saya merekam video dengan kamera digital, disitu saya belajar editing film secara otodidak dan sering membuat video-video pendek. Kemudian melanjutkan studi film di Institut KesenianJakarta.

Dapatkah anda jelaskan profesi anda di dunia film?
Kalau ditanya begini saya sering bingung, hampir seluruh profesi di dalam perfilman sudah pernah dicoba. Saya mengambil major penyutradaraan film ketika berkuliah di IKJ, namun karena saya orangnya selalu penasaran tentang dunia visual, saya jadi sinematografer akhirnya, menulis dan memproduseri pun saya geluti, dan yang baru-baru ini saya berperan dalam film Elinah karya Ninndi Raras.

Apa pengalaman menarik anda saat bekerja di dunia film?
Untuk saya dunia film ini sangat menarik, karena disini kita bisa merealisasikan fantasi yang tak mungkin dilakukan didunia nyata. Film juga sebagai media untuk menyebarkan ideologi atau respon kita terhadap sesuatu hal dengan cara menghibur dan memberikan orang sebuah “pengalaman”. Film pun membuat saya terkoneksi dengan banyak orang dari berbagai belahan dunia dan bertemu dengan tokoh tokoh besar yang sebelumnya hanya bisa saya lihat di televisi ataupun bioskop.

Sebagai generasi muda nilai apa yang ingin anda bagikan kepada masyarakat terutama generasi baru, terutama pada bidang film?
Membuat film itu seperti longterm relationship, tiap kali membuat film selalu ada pelajaran yang didapat . Hal tersebut dapat memperkaya karyamu didepan nanti dan setiap karya akan menjadi refleksi dan cara introspeksi diri. Film adalah cerminan hidup dari pembuatnya, karena perkembangan karya filmmu itu seperti perkembangan dirimu sebagai individu. Intinya kembali lagi kepada poin dimana film adalah luapan ekpresi dan emosi seseorang tentang apa yang sedang dirasakan pada masa itu. Jadi untuk bisa jadi seorang pembuat film yang berkarakter dan profesional memang membutuhkan waktu dan latihan berulangulang. Paling penting sebagai generasi muda adalah jangan takut untuk salah!. Jangan pula melupakan unsur ilmu pengetahuan lainnya baik itu seni selain film, ilmu sosial ataupun sains, karena dengan mempelajari banyak hal diluar film akan membantu memperkaya isi sebuah karya.